I. MUSIK NON TRADISIONAL NUSANTARA

               Berbeda dengan musik tradisi, musik non tradisi atau yang sering disebut sebagai musik modern, tidak lahir dari budaya suatu masyarakat tertentu. Musik tersebut dibangun berdasarkan satu aturan komposisi yang jelas, seperti sistem notasi, tangganda, tekstur, serta instrumen yang dikenal masyarakat secara luas dan mudah dipelajari.
               Selain itu musik modern bersifat terbuka. Artinya, komposisi dan gaya musik sangat dipengaruhi oleh berbagai pengalaman musikal para musisi dari setiap masa. Dengan demikian, kritik terhadap suatu komposisi tertentu menjadi hal yang biasa dilakukan. Tidak mengherankan, suatu komposisi atau gaya musik modern tertentu menjadi menjadi hilang atau ditinggalkan oleh masyarakat dan diganti dengan gaya musik yang baru.
A. Aliran Musik Modern
               Berdasarkan sifat tersebut, para ahli musik mengkategorikan musik modern sebagai musik populer, yaitu musik yang sedang disenangi masyarakat pada kurun waktu tertentu. Contoh jenis musik populer yang berkembang di Indonesia sesuai aliran dasarnya adalah musik jazz, rock, R&B, Country, dangdut, reggae, dan pop.
1.      Musik Jazz.
         Musik Jazz merupakan jenis musik yang dikembangkan pertama kali oleh orang-orang Afrika - Amerika. Musik ini berakar dari New Orleans, Amerika Serikat, pada akhir abad ke- 19. Musik jazz merupakan pembauran berbagai jenis musik, antara lain blues, ragtime, brass-band, musik tradisional Eropa dan irama-irama asli Afrika. Instrumen utama yang sering digunakan pada musik jazz pada umumnya adalah piano, bass, drum, gitar, saksofon, trombon, dan trompet.
         Pada awalnya,  jazz merupakan musik dansa perkotaan. Ketika mulai digunakan dalam jazz, gitar pada mulanya berfungsi sebagai pemberi akor dan ritme, dalam arti sebagai pengiring belaka. Baru pada tahun 1930-an gitaris seperti eddi Lang dan Lonnie Johnson mulai memainkan melodi.
Salah satu ciri Jazz adalah permainan improvisasi yang menonjol. Oleh karena itu, para pemain jazz harus memiliki kemampuan improvisasi yang yang baik. Para musisi jazz memiliki kemampuan memainkan tangga nada  dan progresi akor pada semua nada dasar.


         Salah satu ciri improvisasi jazz adalah pada penggunaan sinkopasi serta tangga nada yang sering bukan dari akor yang sedang dimainkan. Didalam musik jazz, improvisasi yang keluar dari bentuk musik diatonis justru memperkaya harmoni dan menambah keindahan musiknya.
         Komposisi musik jazz pada umumnya tidak menggunakan akor-akor Mayor/minor atau dominan 7thyang polos. Melainkan menggunakan akor-akor yang lebih rumit, misal akor 9th, 13th, serta alternasinya. Musisi jazz juga terbiasa menggunakan substitusi akor terhadap berbagai progresi akor baku. Semisal, progresi Cmayor7 – Am7 – Dm7 – G9  yang disubstitusikan dengan Cmayor9 – Bb13 – G#Mayor7 – C#7-9.
         Di Indonesia, musik jazz muncul dan populer pada sekitar tahun 1920. Namun, popularitas musik ini menurun seiring dengan munculnya jenis musik lain di Indonesia, seperti musik rock dan pop. Saat ini musik jazz mulai bangkit kembali seiring dengan kemunculan musisi-musisi jazz seperti Indra Lesmana, Idang Rasidi, Ivan Nestorman, Gilang Ramadhan, Syaharani, ermi Kulit, Iga Mawarni, dan sebagainya.
2.      Musik Rhythm and Blues (Rn’B)
         Musik R&B terdiri atas berbagai jenis musik populer yang saling terkait. Musik rhythm and blues yang lebih dikenal dengan musik R&B memiliki beberapa genre-genre, seperti, jump blues, club blues, black rock n’ roll, soul, funk, disco dan rap.
         Musik R&B dibuat dan didukung oleh sebagian besar masyarakat Afrika-Amerika pada awal 1940-an. R&B pertama kali diciptakan oleh Jerry Wexler, yang terkenal dengan Atlantic Recordnya. Istilah  R&B menurut Jerry Wexler digunakan sebagai sinonim  untuk musik Black Rock And Roll (musik rock n roll yang dimainkan oleh orang kulit hitam).
         Harmoni musik R&B berakar dari blues dan boogie-woogie, namun memiliki ritme yang lebihdinamis dan variatif. Piano dan gitar elektrik adalah pengiring yang harus ada. Mengikuti perkembangan zaman, musik R&B  telah mendapat pengaruh dari jenis musik lain seperti musik jazz dan rock sehingga berkembang menjadi jenis musik yang berbeda dari komposisi aslinya.
         Di Indonesia, musik R&B mulai muncul sekitar tahun 1990-an. Musik ini terus berkembang hingga sekarang. Beberapa musisi Indonesia yang membawakan jenis musik R&B antara lain, Glen Fredly dan Rio Febrian.

3.      Musik Pop
         Musik ini berkembang di Indonesia sekitar tahun 1960-an dan banyak digemari masyarakat khususnya kaum muda atau remaja. Grup musik pop sering disebut dengan sebutan band yang menggunakan peralatan elektronik atau modern. Instrumen yang wajib ada dalam bentuk grup sederhanannya antara lai, Drum, gitar melodi dan rhythm, piano, dan bass gitar.
         Salah satu ciri musik pop adalah penggunaan ritme yang terasa bebas.dengan mengutamakan permainan drum dan gitar bass. Komposisi melodinya juga mudah dicerna. Biasanya, para musisinya juga menambahkan aksesori musik dan gaya yang beraneka ragam untuk menambah daya tarik dan pemahaman bagi para penikmatnya.
     



   Musik pop dibedakan atas musik pop anak-anak dan musik pop dewasa. Musik pop anak umumnya memiliki bentuk yang lebih sederhana dan memiliki syair yang lebih pendek. Selain itu, komposisi musiknya tidak terlalu kompleks dengan rentan nada yang tidak terlalu tinggi maupun terlalu rendah. Tema syair musik pop anak-anak biasanya berkisar pada hal-dal yang mendidik, seperti mencintai orang tua, Tuhan, Sekolah, dan Tanah Air.
         Sebaliknya, musik pop dewasa umumnya lebih kompleks dengan alunan melodinya lebih bebas dengan improvisasinya lebih banyak, namun ringan. Tema-tema syairnya pun lebih bervariasi, dari kehidupan remaja, percintaan, sampai masalah kritik sosial.
         Beberapa musisi dan grup band pop indonesia antara lain, Titiek Puspa, Chrisye, Katon Bagaskara, Melly Goeslaw, grup band Peterpan, Ada Band, Kla Project dan sebagainya. Serta dengan artis indonesia antara lain, Kris dayanti, Ari laso, Ruth Sahanaya, dan lain-lain.
4.      Musik Rock
         Jenis musik ini awalnya di Indonesia mendapat kritik dan cercaan masyarakat, termasuk di Amerika sendiri tempat tumbuhnya musik ini. Namun pada akhirnya dalam perkembangannya, musik rock dapat diterima sebagai musik zaman sekarang (musik modern).
         Musik Rock adalah jenis aliran musik yang dipengaruhi dari pola boogie-woogie sebagai kesinambungan blues dan berakar dari musik country. Penemunya adalah Fat Domino. Instrumen musik yang dominan pada musik rock adalah gitar dengan efek distorsi yang keras serta amplifier-nya, bass & gitar elektrik merupakan instrumen yang dipelopori oleh merk Fender pada tahun 1951. Piano dan organ elektrik, synthesizer, dan drum set merupakan instrumen yang turut melengkapinya.
         Dalam perkembangannya, musik rock memiliki beberapa aliran atau jenis genre yang diantaranyametal, punk, alternative, grunge. Di Indonesia sendiri musik rock berkembang dengan pesat dan terkenal dari tahun 70-an dengan grupnya antara lain, God Bless, Rawe Rontek, Gang Pegangsaan, dan lain-lain. Perkembangan musik Rock tidak lepas juga dari produksi rekaman Log Zelebour dibawah naungan logiss record-nya. Walau kemudian sempat meredup beberapa waktu, musik ini bangkit kembalai di tahun 200-an. Beberapa musik band rock yang berkembang akhir-akhir di Indonesia antara lain Seuries, Boomerang, Jamrud, Edane, dan sebagainya.
5.      Musik Country
         Musik ini sering disebut juga Country and Western, yang merupakan salah satu genre besar  padamusik populer terutama di negeri Amerika serikat. Jenis musik modern ini bersumber dari musik rakyat (folk song) atau musik tradisional yang berasala dari Appalachia di kawasan pegunungan selatan Amerika Serikat.
         Cikal bakal musik ini adalah dari lagu-lagu rakyat yang dibawa nenek moyang mereka para imigran dari kepulauan Inggris. Jauh sebelum ada industri musik maupun media elektronika, para imigran tersebut telah terbiasa menghigbur diri dengan menyanyikan lagu-lagu tersebut lengkap dengan iringan musik dan tariannya. Dengan instrumen banjo (sejenis gitar) yang memiliki peran dan sebagai instrumen iringannya.
         Ciri khas Country adalah penggunaan alternasi bass atau bas berganti disela-sela strumming. Bila memainkan akor C misalnya, maka bas C dan G dibunyikan bergantian dengan strumming tetap pada akor C. Improvisasi tangga nada yang digunakan, apabila dengan tangga nada natural, adalah dengan not-not C-D-Dis-E-G-A.
         Di Indonesia sendiri, musik Country telah masuk pada sekitar awal tahun 1980-an. Namun popularitas jenis musik ini berkurang seiring dengan berkembangnya musik pop dan rock. Musisi countryIndonesia yang terkenal adalah Rahmat Kartolo dan Tantowi Yahya.
6.      Musik Reggae
         Reggae merupakan irama musik yang berkembang di Jamaika. Reggae mungkin jadi bekas di perasaan lebar ke menunjuk ke sebagian terbesar musik Jamaika, termasuk Ska, rocksteady, dub,dancehall, dan ragga. Barangkali istilah pula berada dalam membeda-bedakan gaya teliti begitu berasal dari akhir 1960-an.
         Reggae berdiri di bawah gaya irama yang berkarakter mulut prajurit tunggakan pukulan, dikenal sebagai "skank", bermain oleh irama gitar, dan pemukul drum bass di atas tiga pukulan masing-masing ukuran, dikenal dengan sebutan "sekali mengeluarkan". Karakteristik, ini memukul lambat dari reggae pendahuluan, ska dan rocksteady.
Reggae di Indonesia
         Beberapa nama yang terkenal dalam dunia musik Reggae di Indomesia antara lain Tony Q, Ras Muhammad, Steven & Coconuttreez, Joni Agung (Bali), New RastafaraYogyakarta). Sekitar tahun 1986 musik Reggae mulai dikumandangkan di Indonesia, band tersebut adalah Black Company sebuah band dengan genre Reggae, beberapa tahun kemudian muncul Asian Roots yang merupakan turunan dari band sebelumnya, kemudian ada Asian Force dan Abresso, Jamming
7.      Musik Dangdut
         Dangdut merupakan salah satu dari genre seni musik yang berkembang di Indonesia. Bentuk musik ini berakar dari musik Melayu pada tahun 1940-an. Dalam evolusi menuju bentuk kontemporer sekarang masuk pengaruh unsur-unsur musik India (terutama dari penggunaan tabla) dan Arab (pada cengkok dan harmonisasi). Perubahan arus politik Indonesia di akhir tahun 1960-an membuka masuknya pengaruh musik barat yang kuat dengan masuknya penggunaan gitar listrik dan juga bentuk pemasarannya. Sejak tahun 1970-an dangdut boleh dikatakan telah matang dalam bentuknya yang kontemporer. Sebagai musik populer, dangdut sangat terbuka terhadap pengaruh bentuk musik lain, mulai dari keroncong, langgam, degung, gambus, rock, pop, bahkan house music.
         Penyebutan nama "dangdut" merupakan onomatope dari suara permainan tabla (dalam dunia dangdut disebut gendang saja) yang khas dan didominasi oleh bunyi dang dan ndut. Nama ini sebetulnya adalah sebutan sinis dalam sebuah artikel majalah awal 1970-an bagi bentuk musik melayu yang sangat populer di kalangan masyarakat kelas pekerja saat itu.

Gendang atau tabla, salah satu alat musik utama dangdut

Dari musik Melayu ke Dangdut
         Dangdut kontemporer telah berbeda dari akarnya, musik Melayu, meskipun orang masih dapat merasakan sentuhannya. Orkes Melayu (biasa disingkat OM, sebutan yang masih sering dipakai untuk suatu grup musik dangdut) yang asli menggunakan alat musik seperti gitar akustik, akordeon, rebana,gambus, dan suling, bahkan gong.
         Pada tahun 1950-an dan 1960-an banyak berkembang orkes-orkes Melayu di Jakarta yang memainkan lagu-lagu Melayu Deli dari Sumatera (sekitar Medan). Pada masa ini mulai masuk eksperimen masuknya unsur India dalam musik Melayu. Perkembangan dunia sinema pada masa itu dan politik anti-Barat dari Presiden Sukarno menjadi pupuk bagi grup-grup ini.
         Dari masa ini dapat dicatat nama-nama seperti P. Ramlee (dari Malaya), Said Effendi (dengan laguSeroja), Ellya (dengan gaya panggung seperti penari India), Husein Bawafie sang pencipta Boneka dari India, Munif Bahaswan, serta M. Mashabi (pencipta skor film "Ratapan Anak Tiri" yang sangat populer di tahun 1970-an).
         Gaya bermusik masa ini masih terus bertahan hingga 1970-an, walaupun pada saat itu juga terjadi perubahan besar di kancah musik Melayu yang dimotori oleh Soneta Group pimpinan Rhoma Irama. Beberapa nama dari masa 1970-an yang dapat disebut adalah Mansyur S., Ida Laila, A. Rafiq, serta Muchsin Alatas. Populernya musik Melayu dapat dilihat dari keluarnya beberapa album pop Melayu oleh kelompok musik pop Koes Plus di masa jayanya.
         Dangdut modern, yang berkembang pada awal tahun 1970-an sejalan dengan politik Indonesia yang ramah terhadap budaya Barat, memasukkan alat-alat musik modern Barat seperti gitar listrik, organ elektrik, perkusi, terompet, saksofon, obo, dan lain-lain untuk meningkatkan variasi dan sebagai lahan kreativitas pemusik-pemusiknya. Mandolin juga masuk sebagai unsur penting. Pengaruh rock (terutama pada permainan gitar) sangat kental terasa pada musik dangdut.
         Tahun 1970-an menjadi ajang 'pertempuran' bagi musik dangdut dan musik rock dalam merebut pasar musik Indonesia, hingga pernah diadakan konser 'duel' antara Soneta Group dan God Bless. Praktis sejak masa ini musik Melayu telah berubah, termasuk dalam pola bisnis bermusiknya.
         Pada paruh akhir dekade 1970-an juga berkembang variasi "dangdut humor" yang dimotori oleh OM Pancaran Sinar Petromaks (PSP). Orkes ini, yang berangkat dari gaya musik melayu deli, membantu diseminasi dangdut di kalangan mahasiswa. Subgenre ini diteruskan, misalnya, oleh OMPengantar Minum Racun (PMR) dan, pada awal tahun 2000-an, oleh Orkes Pemuda Harapan Bangsa(PHB).
Bangunan lagu
         Meskipun lagu-lagu dangdut dapat menerima berbagai unsur musik lain secara mudah, bangunan sebagian besar lagu dangdut sangat konservatif, sebagian besar tersusun dari satuan delapan birama4/4. Jarang sekali ditemukan lagu dangdut dengan birama 3/4, kecuali pada lagu-lagu masa Melayu Deli (contoh: Burung Nuri). Lagu dangdut juga miskin improvisasi, baik melodi maupun harmoni. Sebagai musik pengiring tarian, dangdut sangat mengandalkan ketukan tabla dan sinkop.
         Intro dapat berupa vokal tanpa iringan atau berupa permainan seruling, selebihnya merupakan permainan gitar atau mandolin. Panjang intro dapat mencapai delapan birama. Bagian awal tersusun dari delapan birama, dengan atau tanpa pengulangan. Jika terdapat pengulangan, dapat disela dengan suatu baris permainan jeda. Bagian ini biasanya berlirik pengantar tentang isi lagu, situasi yang dihadapi sang penyanyi.
         Lagu dangdut standar tidak memiliki refrain, namun memiliki bagian kedua dengan bangunan melodi yang berbeda dengan bagian pertama. Sebelum memasuki bagian kedua biasanya terdapat dua kali delapan birama jeda tanpa lirik. Bagian kedua biasanya sepanjang dari dua kali delapan birama dengan disela satu baris jeda tanpa lirik. Di akhir bagian kedua kadang-kadang terdapat koda sepanjang empat birama. Lirik bagian kedua biasanya berisi konsekuensi dari situasi yang digambarkan bagian pertama atau tindakan yang diambil si penyanyi untuk menjawab situasi itu.
         Setelah bagian kedua, lagu diulang penuh dari awal hingga akhir. Lagu dangdut diakhiri pada pengulangan bagian pertama. Jarang sekali lagu dangdut diakhiri dengan fade away.
Interaksi dengan musik lain
         Dangdut sangat elastis dalam menghadapi dan mempengaruhi bentuk musik yang lain. Lagu-lagu barat populer pada tahun 1960-an dan 1970-an banyak yang didangdutkan. Genre musik gambus dan kasidah perlahan-lahan hanyut dalam arus cara bermusik dangdut. Hal yang sama terjadi pada musiktarling dari Cirebon sehingga yang masih eksis pada saat ini adalah bentuk campurannya: tarlingdut.
         Musik rock, pop, disko, house bersenyawa dengan baik dalam musik dangdut. Demikian pula yang terjadi dengan musik-musik daerah seperti jaipongan, degung, tarling, keroncong, langgam Jawa(dikenal sebagai suatu bentuk musik campur sari yang dinamakan congdut, dengan tokohnya Didi Kempot), atau zapin.
         Mudahnya dangdut menerima unsur 'asing' menjadikannya rentan terhadap bentuk-bentuk pembajakan, seperti yang banyak terjadi terhadap lagu-lagu dari film ala Bollywood dan lagu-lagu latin.Kopi Dangdut, misalnya, adalah "bajakan" lagu yang populer dari Venezuela.
Dangdut dalam budaya Indonesia
         Oleh Rhoma Irama, dangdut dijadikan sebagai alat berdakwah, yang jelas terlihat dari lirik-lirik lagu ciptaannya dan dinyatakan sendiri olehnya. Hal inilah yang menjadi salah satu pemicu polemik besar kebudayaan di Indonesia pada tahun 2003 akibat protesnya terhadap gaya panggung penyanyi dangdut dari Jawa Timur, Inul Daratista, dengan goyang ngebor-nya yang dicap dekaden serta "merusak moral".
         Jauh sebelumnya, dangdut juga telah mengundang perdebatan dan berakhir dengan pelarangan panggung dangdut dalam perayaan Sekaten di Yogyakarta. Perdebatan muncul lagi-lagi akibat gayapanggung penyanyi (wanita)-nya yang dinilai terlalu "terbuka" dan berselera rendah, sehingga tidak sesuai dengan misi Sekaten sebagai suatu perayaan keagamaan.
         Dangdut memang disepakati banyak kalangan sebagai musik yang membawa aspirasi kalangan masyarakat kelas bawah dengan segala kesederhanaan dan kelugasannya. Ciri khas ini tercermin dari lirik serta bangunan lagunya. Gaya pentas yang sensasional tidak lepas dari dangdut.
         Panggung kampanye partai politik juga tidak ketinggalan memanfaatkan kepopuleran dangdut untuk menarik massa. Isu dangdut sebagai alat politik juga menyeruak ketika Basofi Sudirman, pada saat itu sebagai fungsionaris Golkar, menyanyi lagu dangdut.
         Walaupun dangdut diasosiasikan dengan masyarakat bawah yang miskin, bukan berarti dangdut hanya digemari kelas bawah. Di setiap acara hiburan, dangdut dapat dipastikan turut serta meramaikan situasi. Panggung dangdut dapat dengan mudah dijumpai di berbagai tempat. Tempat hiburan dandiskotek yang khusus memutar lagu-lagu dangdut banyak dijumpai di kota-kota besar. Stasiun radio siaran yang menyatakan dirinya sebagai "radio dangdut" juga mudah ditemui di berbagai kota.
Tokoh-tokoh
         Berikut adalah nama-nama beberapa tokoh penyanyi dan pencipta lagu dangdut populer yang dibagi dalam tiga kelompok kronologis, sesuai dengan perkembangan musik dangdut.
Pra-1970-an    1970-an    Setelah 1970-an
Husein Bawafie
Munif Bahaswan
Ellya Kadam
M. Mashabi
Johana Satar
Hasnah Tahar
     A. Rafiq
Rhoma Irama
Elvy Sukaesih
Mansyur S.
Mukhsin Alatas
Herlina Effendi
Reynold Panggabean
Camelia Malik
Ida Laila
Vetty Vera
Nur Halimah
Hamdan ATT
Meggy Zakaria
Iis Dahlia
Itje Tresnawaty
Evie Tamala
Ikke Nurjanah
Cici Paramida


Selain jenis aliran musik modern diatas, masih terdapat bentuk dan jenis musik non tradisional Nusantara, yakni musik keroncong, musik perjuangan dan musik campursari.
1.   Musik Keroncong      
               Keroncong adalah sejenis musik Indonesia yang memiliki hubungan historis dengan sejenis musikPortugis yang dikenal sebagai fado. Sejarah keroncong di Indonesia dapat ditarik hingga akhir abad ke-16, di saat kekuatan Portugis mulai melemah di Nusantara. Keroncong berawal dari musik yang dimainkan para budak dan opsir Portugis dari daratan India (Goa), Tugu (Prasasti Perjanjian Sunda-Portugal|Sunda Kelapa} serta Maluku. Bentuk awal musik ini disebut moresco, yang diiringi oleh alat musik dawai. Musik keroncong yang berasal dari Tugu disebut keroncong Tugu.
               Didalam perkembangannya, masuk sejumlah unsur tradisional Nusantara, seperti penggunaanseruling serta beberapa komponen gamelan. Pada sekitar abad ke-19 bentuk musik campuran ini sudah populer di banyak tempat di Nusantara, bahkan hingga ke Semenanjung Malaya[1]. Masa keemasan ini berlanjut hingga sekitar tahun 1960-an, dan kemudian meredup akibat masuknya gelombang musik populer (musik rock yang berkembang sejak 1950, dan berjayanya musik Beatle dan sejenisnya sejak tahun 1961 hingga sekarang). Meskipun demikian, musik keroncong masih tetap dimainkan dan dinikmati oleh berbagai lapisan masyarakat di Indonesia dan Malaysia hingga sekarang.

Sejarah Keroncong
               Keroncong adalah merupakan salah satu musik rakyat Indonesia yang berkembang sejak Abad XIX, dibagi dalam 3 masa perkembangan: Keroncong Tempo Doeloe (1880-1920), Keroncong Abadi(1920-1960), Dan Keroncong Modern (1960-sekarang).
KERONCONG TEMPO DOELOE (1880-1920) berlangsung sejak kedatangan Bangsa Portugis keIndonesia sekitar tahun 1600-an tetapi baru berkembang sebagai Musik Keroncong pada akhir Abad XIX (ditemukan Ukulele di Hawai pada tahun 1879 hingga sekitar setelah Perang Dunia I (sekitar 1920). Pada waktu itu disebut dengan lagu-lagu stamboel: Stamboel I, Stamboel II, dan Stamboel III dengan standar lagu panjang 16 birama. Contoh lagu Stamboel I Potong Padi, Stamboel I Nina Bobo, Stamboel I Soleram, dsb.; contoh lagu Stb II Jali-Jali, Stamboel II Si Jampang, dlsb.; dan contoh lagu Stamboel III Kemayoran. Masa ini Keroncong berkembang sejak dari desa Toegoe (Cilincing, Jakarta sekarang), kemudian hijrah ke Kemayoran dan Gambir, sehingga tidak heran kalau cengkok dan irama menjadi cepat dan lincah. Banyak kelompok musik pada masa ini (seperti Lief Indie) yang memainkan lagu stamboel selain komedi stamboel itu sendiri.
KERONCONG ABADI (1920 - 1959) berlangsung sejak setelah Perang Dunia I (1920) hingga setelah Kemerdekaan (1959). Pada waktu hotel-hotel di Indonesia dibangun seperti Hotel Savoy Homan dan Hotel Preanger di Bandung, jaringan Grand Hotel di Cirebon, Yogyakarta, Sala, Madiun, Malang, dsb., di mana pada hotel-hotel tersebut diadakan musik dansa, maka lagu Keroncong mengikuti musik dansa asal Amerika, terutama dengan panjang 32 birama (Chorus: Verse-Verse-Bridge-Verse atau A-A-B-A). Pada masa ini dikenal dengan 3 jenis Keroncong, yaitu: Langgam Keroncong, Stambul keroncong, dan Keroncong Asli. Contoh lagu Langgam Bangawan Sala, Langgam Tirtonadi, Langgam Di Bawah Sinar BulanPurnama, Langgam Sala Di Waktu Malam; Stambul Rindu Malam, Stambul Jauh Di Mata, StambulDewa-Dewi; Keroncong Purbakala, Keroncong Sapulidi, Keroncong Moresko. Pada waktu itu juga lahir Langgam Jawa: Yen Ing Tawang (1935). Pada perjalanan juga menjadi terkenal oleh penyanyi Waljinah (1963). Pada masa ini Keroncong berpindah ke Sala, sehingga dengan irama yang lebih lambat dan lemah gemulai. Pada Pekan Raya (Yaar Beurs) di Sala penyanyi legendaris adalah Miss Any Landauw dan Abdullah, sedangkan pemain biola legendaris asal Betawi adalah M. Sagi.
KERONCONG MODERN (1959-sekarang). Pada tahun 1959 Yayasan Tetap Segar Jakarta pimpinan Brijen Sofyar memperkenalkan Keroncong Pop atau Keroncong Beat, yaitu sejalan dengan perkembangan musik pop pada waktu itu dengan pengaruh Rock 'N Roll dan Beatles. Lagu-lagu Indonesia, Daerah maupun Barat diiringi dengan Keroncong Beat. Misalnya Na So Nang Da Hito (Batak), Ayam Den Lapeh (Padang),Pileuleuyan (Sunda), dsb, Pada tahun sekitar 1968 di daerah Gunung Kidul Yogyakarta musisi Manthous memperkenalkan apa yang disebut Campursari, yaitu keroncong dengan gamelan dan kendang. Selain itu juga dipakai instrumen elektronik seperti bass guitar, electric bass, organ, sampai juga dengan saxophon dan trompet. Musisi yang gencar memainkan Campursari adalah Didi Kempot: dengan lagunya StasiunBalapan, Tanjung Emas, Terminal Tirtonadi, dsb.

Alat-alat musik
               Dalam bentuknya yang paling awal, moresco diiringi oleh musik dawai, seperti biola, ukulelel, sertaselo. Perkusi juga kadang-kadang dipakai. Set orkes semacam ini masih dipakai oleh keroncong Tugu, bentuk keroncong yang masih dimainkan oleh komunitas keturunan budak Portugis dari Ambon yang tinggal di Kampung Tugu, Jakarta Utara.
               Pem-"pribumi"-an keroncong menjadikannya seni campuran, dengan alat-alat musik seperti:
•        sitar India
•        rebab
•        suling bambu
•        gendang, kenong, dan saron sebagai satu set gamelan
•        gong.
               Saat ini, alat musik yang dipakai dalam orkes keroncong mencakup
•        ukulele cuk, berdawai 3 (nilon), urutan nadanya adalah G, B dan E;
•        ukulele cak, berdawai 4 (baja), urutan nadanya A, D, Fis, dan B. Jadi ketika alat musik lainnya memainkan tangga nada C, cak bermain pada tangga nada F (dikenal dengan sebutan in F);
•        gitar akustik (Ukulele dan Gitar menggantikan Sitar);
•        biola (menggantikan Rebab);
•        flute (mengantikan Suling Bambu);
•        celo;
•        kontrabas (menggantikan Gong)
               Penjaga irama dipegang oleh ukulele dan bas. Gitar dan selo mengatur peralihan akord. Biola berfungsi sebagai penuntun melodi, sekaligus hiasan/ornamen. Flut mengisi hiasan, yang melayang-layang mengisi ruang melodi yang kosong.
               Bentuk keroncong yang dicampur dengan musik populer sekarang menggunakan organ sertasynthesizer untuk mengiringi lagu keroncong.
Jenis-jenis keroncong
               Musik keroncong lebih condong pada progresi akord dan jenis alat yang digunakan. Sejak pertengahan abad ke-20 telah dikenal paling tidak tiga macam keroncong, yang dapat dikenali dari pola progresi akordnya. Bagi pemusik yang sudah memahami alurnya, mengiringi lagu-lagu keroncong sebenarnya tidaklah susah, sebab cukup menyesuaikan pola yang berlaku. Pengembangan dilakukan dengan menjaga konsistensi pola tersebut. Selain itu, terdapat pula bentuk-bentuk campuran serta adaptasi.
           

   Dahulu sebelum Perang Dunia I (1910), musik keroncong dikenal dengan nama Stambul, diambil dari Komedi Stambul Keliling yang menyuguhkan lagu2 keroncong. Adapun jenisnya adalah:
- STAMBUL I, misalnya: St I Potong Padi, St I Nina Bobo, dlsb. Struktur Stambul I (16 birama): Bebas, tapi umumnya adalah sbb.(Potong Padi):
•        |V , , , |I , , , |IV , V , |I , , , |
•        |I , , , |V , , , |V , , , |I , , , |
•        |I , , , |IV , , , |IV , V , |I , , , |
•        |I , , , |V , , , |V , , , |I , , , |
- STAMBUL II, misalnya: St II Si Jampang, St II Jali-jali, dlsb. Struktur Stambul II (16 birama):
•        |I - - - |- - - -|IV , , , |IV , V , | (pada baris ini dibuka dengan broken chord I)
•        |I , , , |I , , , |V , , , |V , , , |
•        |I , , , |I , , , |IV , , , |IV , V , |
•        |I , , , |I , , , |V , , , |V , , , , |
- STAMBUL III, misal: St III Kemayoran. Struktur Stambul III (16 birama) sbb.:
•        |I , , , |I , , , | (baris ini menjadi prelude)
•        |I , , , |I , , , |
•        |II# , , , |V , , , |
•        |V , , , |IV , , , | (baris ini menjadi interlude)
•        |IV , V , |I , , , |
•        |V , , , |I , , , |
•        |I , , , |I , , , |
•        |V , , , |I , , , |
               Ciri dari Lagu Stambul adalah panjang 16 birama.
Catatan: Banyak orang menyebut Keroncong Kemayoran, yang sebenarnya Stambul III Kemayoran (lihat tulisan Amir Pasaribu tentang Perkembangan Musik Indonesia, di mana beliau menyebutkan bahwa Lagu Stambul III Kemayoran)
               Setelah Perang Dunia I (1910) dengan adanya inflitrasi lagu pop (akibat adanya pembangunan hotel-hotel di Indonesia tahun 1920-an seperti Hotel Savoy di Bandung, di mana hotel tersebut sering mengadakan musik dansa, sehingga musik keroncong saat itu juga dipengaruhi oleh lagu2 pop barat dg struktur panjang 32-birama: A-A-B-A), maka dikenal:
-     Langgam Keroncong (32 birama), misalnya: Lg Bengawan Sala, Lg Di Bawah Sinar Bulan Purnama, dan lain sebagainya.
-     Stambul Keroncong (16 birama x 2 = 32 birama), misalnya St Jauh Di Mata, St Dewa Dewi . dan lain sebagainya.
-     Keroncong Asli (32 birama dg Prelude sebanyak 4 birama dan Interlude sebanyak 4 birama), misalnya Kr Sapu Lidi, Kr Purbakala, dan lain sebagainya.
               Ciri dari Lagu Keroncong ini adalah panjang 32 birama.
               Ada perbedaan lagu stambul dengan lagu keroncong; yang pertama dengan pantun, sedangkan yang kedua dengan syair.
Keroncong Asli
               Keroncong asli memiliki bentuk lagu A - B - C. Lagu terdiri atas 8 baris, 8 baris x 4 birama = 32 birama, di mana dibuka dengan prelude 4 birama yang dimainkan secara instrumental, kemudian disisipi interlude standar sebanyak 4 birama yang dimainkan secara instrumental juga. Alur akordnya seperti tersusun di bawah ini:
•        |V , , , |I , I7 , |IV , V7 , |I , , , | prelude diambil dari baris ke-7 (C1)
•        (A1) | I , , , | I , , , | V , , , | V , , , |
•        (A2) |II# , , , | II# , , , | V , , , | modulasi merupakan ciri keroncong asli
•        |V , , , | V , , , | V , , , |IV , , , | interlude standar utk semua lagu
•        (B1) | IV , , ,| IV , , ,|V7 , , , | I , , , |
•        (B2) |I , , , | V7 , , , | V7 , , , | I , I7 , |
•        (C1) |IV , V7 , |I , I7 , | IV , V7 , |I , , , |
•        (C2) | I , , , | V7 , , , | V7 , , ,| I , , , |
               Keroncong asli terkadang juga diawali oleh prospel terlebih dahulu. Prospel adalah seperti intro yang mengarah ke nada/akord awal lagu, yang dilakukan oleh alat musik melodi seperti seruling/flut, biola, atau gitar.
Langgam Keroncong
               Bentuk lagu langgam ada dua versi. Yang pertama A - A - B - A dengan pengulangan dari bagian A kedua seperti lagu standar pop: Verse A - Verse A - Bridge B - Verse A, panjang 32 birama. Beda sedikit pada versi kedua, yakni pengulangannya langsung pada bagian B.
               Meski sudah memiliki bentuk baku, namun pada perkembangannya irama ini lebih bebas diekspresikan. Penyanyi serba bisa Hetty Koes Endang misalnya, dia sering merekam lagu-lagu non keroncong dan langgam menggunakan irama yang sama, dan kebanyakan tetap dinamakan langgam. Alur akord-nya sebagai berikut:
•        Verse A | V7 , , , |I , , , | IV , V7 , | I , , , | I , , , | V7 , , , | V7 , , , | I , , , |
•        Verse A |V7 , , , | I , , , | IV , V7 , | I , , , | I , , , | V7 , , , | V7 , , , | I , , , |
•        Bridge B |I7 , , , |IV , , , | IV , V , | I , , , | I , , , | II# , , , | II# , , , | V , , ,|
•        Verse A |V7 , , , |I , , , | IV , V7 , | I , , , | I , , , | V7 , , , | V7 , , , | I , , , |
               Bentuk adaptasi keroncong terhadap tradisi musik gamelan dikenal sebagai langgam Jawa, yang berbeda dari langgam yang dimaksud di sini. Langgam Jawa yang pertama adalah Yen Ing Tawang (Tawang suatu desa di Magetan) ciptaan Anjar Any (1935).
               Langgam Jawa memiliki ciri khusus pada penambahan instrumen antara lain siter, kendang (bisa diwakili dengan modifikasi permainan cello ala kendang), saron, dan adanya bawa atau suluk berupa introduksi vokal tanpa instrumen untuk membuka sebelum irama dimulai secara utuh. Tahun 1980 Langgam Jawa berkembang menjadi Campursari.
Stambul Keroncong
               Stambul merupakan jenis keroncong yang namanya diambil dari bentuk sandiwara yang dikenal pada akhir abad ke-19 hingga paruh awal abad ke-20 di Indonesia dengan nama Komedi stambul. Nama "stambul" diambil dari Istambul di Turki.
               Stambul memiliki tiga tipe progresi akord yang masing-masing disebut sebagai Stambul I, Stambul II dan Stambul III.
               Stambul I merupakan lagu biasa seperi Potong Padi, Bolelebo, Kincir-kincir, Nina Bobo, dll. Stambul II diawali dengan akord terurai (broken chord, untuk mencari nada) kemudian masuk penyanyi itu sendiri dan masuk ke akord IV, dan baru iringan masuk. Struktur ringkas adalah: A - B - A - B. Stambul III dimulai dengan prelude (2 birama) instrumental kemudian diikuti dengan nyanyian, kemudian masuk interlude (2 birama)dan dilanjutkan dengan lagu seluruhnya. Struktur: prelude - A - B - interlude - C - D - E - D.
               Dalam perkembangan Stambul I menjadi Langgam Keroncong (32 birama), Stambul II menjadi Stambul Keroncong (32 birama) sehingga Stambul II (16 birama) dimainkan 2x menjadi 32 birama; sedangkan Stambul III menjadi Keroncong Asli (32 birama) dg prelude 4 birama dan interlude 4 birama juga, sedangkan prelude diambil dari baris 7.
               Alur akord Stambul Keroncong adalah sbb. (tanda - adalah tacet atau iringan tidak dibunyikan):
•        |I - - - | - - - - | - - - - |IV , , , | dibuka dg broken chord I utk mencari nada
•        |IV , , , |IV , , , |IV , V ,|I , , , |
•        |I , , , |I , , , |I , , , |V , , , |
•        |V , , , |V , , , |V , , , |I , , , |
•        |I , , , |I , , , |I , , , |IV , , , |
•        |IV , , , |IV , , , |IV , V , |I , , , |
•        |I , , , |I , , , |I , , , |V , , , |
•        |V , , , |V , , , |V , , , |I , , , |
Tokoh Keroncong
               Salah satu tokoh Indonesia yang memiliki kontribusi cukup besar dalam membesarkan musik keroncong adalah bapak Gesang. Lelaki asal kota Surakarta (Solo) ini bahkan mendapatkan santunan setiap tahun dari pemerintah Jepang karena berhasil memperkenalkan musik keroncong di sana. Salah satu lagunya yang paling terkenal adalah Bengawan Solo. Lantaran pengabdiannya itulah, oleh Gesang dijuluki "Buaya Keroncong" oleh insan keroncong Indonesia, sebutan untuk pakar musik keroncong.
•        Asal muasal sebutan "Buaya Keroncong" berkisar pada lagu ciptaannya, Bengawan Solo. Bengawan Soloadalah nama sungai yang berada di wilayah Surakarta. Seperti diketahui, buaya memiliki habitat di rawa dan sungai. Reptil terbesar itu di habitanya nyaris tak terkalahkan, karena menjadi pemangsa yang ganas. Pengandaian semacam itulah yang mendasari mengapa Gesang disebut sebagai "Buaya Keroncong".
2.   Musik Perjuangan
               Pada masa Revolusi Kemerdekaan Indonesia, komponis pejuang Indonesia turut berperan dalam perjuangan kemerdekaan dengan menciptakan komposisi lagu yang disebut dengan lagu-lagu perjuangan. Lagu-lagu perjuangan dapat membangkitkan semangat juang untuk membela tanah air, misalanya lagu-lagu yang sudah ditetapkan sebagai lagu-lagu wajib Nasional.
               Ciri-Ciri lagu perjuangan:
        kebanyakan diciptakan pada masa perjuangan sekitar tahun 1945 – 1950
        Syair lagu  biasanya dapat membangkitkan semangat perjuangan.
               Bentuk komposisi lagu perjuangan ada dua macam, yakni lagu perjuangan dengan semangat berkobar (bentuk Mars), dan lagu-lagu yang menyentuh perasaan (bentuk Hymne).
Bentuk lagu MARS
               Mars atau sering disebut Marcia merupakan bentuk lagu yang  biasanya digunakan untuk mengiringi parade atau prosesi. Dan sering juga lagu bentuk mars dapat digunakan untuk gerak jalan, seperti pada drum band atau marching band.
               Pada lagu mars, birama dapat bervariasi antara lain dari 2/4, 4/4, atau 6/8 dengan aksen pada tiap ketukan. Karena bentuk dan irama permainannya, maka lagu mars menjadi sebuah lagu yang cenderung bersifat memberi semangat, riang dan menghentak-hentak.
               Contoh lagu perjuangan yang berbentuk mars antara lain, Indonesia Raya, Maju Tak gentar, Halo-Halo Bandung, dan lain sebagainya.
Bentuk lagu Hymne
               Hymne atau gita puja adalah sejenis nyanyian pujaan, biasanya pujaan ditujukan untuk Tuhan atau Dewa. Selain sebagai pujaan hymne juga sebagai bentuk lagu untuk mendoakan, memberi kesan agung, atau pun rasa syukur yang disampaikan dalam bentuk lagu. Kata "hymne" sendiri diserap dari bahasa Yunani ὕμνος/ hymnos "gita puja", yang berasal dari akar kata Proto-Indo-Eropa *sh2em- "menyanyi" dan berkerabat dengan kata Hitit išḫamai "ia menyanyi" dan Sansekerta sāman "nyanyian".
               Contoh lagu perjuangan yang berbentuk hymne antara lain, Syukur, Gugur Bunga, Mengheningkan Cipta dan lain sebagainya.
Catatan :  Hymnology adalah ilmu yang mempelajari sejarah, sastra, musik, teologia, dan latar belakang penulisan lagu dan pencipta lagu himne.
3.   Musik Campursari
               Istilah campursari dalam dunia musik nasional Indonesia mengacu pada campuran (crossover) beberapa genre musik kontemporer Indonesia. Nama campursari diambil dari bahasa Jawa yang sebenarnya bersifat umum. Musik campursari di wilayah Jawa bagian tengah hingga timur khususnya terkait dengan modifikasi alat-alat musik gamelan sehingga dapat dikombinasi dengan instrumen musik barat, atau sebaliknya. Dalam kenyataannya, instrumen-instrumen 'asing' ini 'tunduk' pada pakem musik yang disukai masyarakat setempat: langgam Jawa dan gendhing
           

   Seperti sudah disebutkan, bahwa musik campursari merupakan bentuk akulturasi dari keroncong dan musik gamelan jawa yang telah berkembang dari tahun 1970-an. Bentuk pertama campursari pada masa itu masih berupa langgam dari bentuk keroncong yang digubah oleh S. Dharmanto dengan menambahkan unsur saron dari karawitan jawa.
               Pada masa itu bertepatan dengan musisi Wonosari, Yogyakarta, yakni Manthous dengan grup CSGK (Campur Sari Gunung Kidul) lewat album Konco Tani turut serta mengibarkan bendera campursari. Selain Manthous, komponis campursari yang turut mempopulerkan jenis musik ini adalah Jujuk Eksa.
               Jujuk Eksa adalah panggilan akrab putra dalang Ki Rajak Pramono asal Boyolali. Ia dikenal sebagai pemusik/komposer/arranger irama keroncong-dangdut (congdut). Dari karya-karyanya telah melambungkan nama Didi Kempot, mantan pengamen di jalan Slipi (Jakarta) meroket ke papan atas lewat lagu-lagu Setasiun Balapan, Terminal Tirtonadi, Nunut Ngeyup, Plong, dan lain-lain.

Penulis : Unknown ~ Sebuah blog yang menyediakan berbagai macam informasi

Artikel ini dipublish oleh Unknown pada hari Minggu, 27 Januari 2013. Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar.sudah ada 0 komentar: di postingan
 

0 komentar:

Posting Komentar